Slip Stream dan Cross Wind Fatal Kalau Gak Dikendalikan




Kecelakaan yang menimpa kalangan mobilis belakangan ini mendapat perhatian serius. Terutama kecelakaan yang menimpa di jalur cepat seperti tol Cipularang. Seperti kasus yang menimpa artis Saiful Jamil dan keluarganya, dan beberapa hari kemudian menimpa mobil travel yang nyeruduk sebuah truk di jalur yang sama. Banyak teori yang dikembangkan dari kasus itu. Mulai dari soal yang sifatnya human error sampai sarana pendukung jalan yang tidak memadai.   

Bahkan, ada pula yang memberikan penjelasan mengenai adanya gaya seolah-olah menarik mobil ke kendaraan yang di depan. Nyosor gitu.  Dari berbagai kejadian yang menimpa kalangan mobilis di jalur cepat ini, sebenarnya bisa diambil hikmanya buat kalangan pengendara roda dua. 

”Ada gaya seolah menarik ke dalam ke arah kendaraan yang di depan sebenarnya bisa dijelaskan pada kendaraan roda dua juga. Seperti di balap. Ini teknik curi angin. Angin yang jadi hambatan terbesar telah diiris,” kata Ahmad Jayadi, mantan pembalap nasional yang kini pemilik tim balap. 

Di balapan MotoGP misalnya, teknik yang dikenal dengan slip streaming pernah diperlihatkan Valentino Rossi saat awal mengendarai Yamaha YZR-M1. Power motor Yamaha jelas jauh di bawah  Honda. Tapi dengan teknik meminjam power lawan, tenaga itu kemudian digunakan untuk kembali memukul lawan. Tenaga lebih enteng terangkat, akibat kecilnya terangkat. Kecepatan akan mengikuti motor yang berada di depannya.  Dia lewati motor yang memiliki power besar.

Manfaat slip stream memang banyak dan saling terkait. Menjadi kesatuan. Ban lebih awet juga bahan bakar jauh lebih irit. ”Namun kalau tidak bisa memanfaatkan teknik ini bisa berbahaya. Ya itu tadi, kayak seolah motor mau teretarik,” jelas Ahmad Jayadi. 

Namun menurut Jayadi, soal teknik curi-mencuri ini ada dampaknya, kalau tidak mampu mengendalikan akibatnya menjadi fatal. ”Kendaraan menjadi lebih bertenaga, powerfull. Makanya, ada beberapa kejadian yang menganggap kok motor kayaknya lebih kencang. Padahal itu akibat kendaraan di depan yang juga membantu akselerasi,” katanya. 

Karena itu dia menilai ada beberapa kejadian konvoi motor yang mengalami tabrakan beruntun bisa jadi karena pengaruh ini. ”Terutama untuk konvoi dengan kecepatan tinggi,” jelasnya

 Soal angin lain juga dibahas Joel Deksa Mastana, instruktur safety riding. Ada angin lain yang cukup membahayakan pengendara terutama motor. Yakni angin samping. ”Bisa didapat ketika naik di fly-over atau jembatan layang Coba saat angin kencang melintas di Jembatan Suramadu. Handling motor nggak karuan, Bro,” jelasnya.

Ia mewanti untuk segera kurangi kecepatan di jalur atau wilayah yang rawan angin samping ini. ”Mengurangi kecepatan di zona safety, 40-50 km/jam sangat direkomendasikan untuk terjangan angin samping alias crosswind ini,” bilang Joel. 

Ia mewanti brothers yang memakai windshield akan mengalami guncangan lebih keras jika terserang angin samping. “Termasuk efek turbulensi jika berpapasan atau disusul truk, bus dan kendaraan besar lain,” katanya.  

Joel ngasih tips, jika saat riding tiba-tiba angin kencang melanda, brother jangan panik. Turunkan kecepatan secara bertahap dengan menurunkan rpm mesin dan tetap siaga agar motor tidak limbung.

(motorplus-online.com)